Berikut ini adalah video yang saya upload di Youtube 9 (sembilan) bulan yang lalu. Ini adalah cuplikan tayangan dari TransTV; saya beri judul "Ngintipin Cewe Lewat Kamera" dan sudah dilihat oleh 213.362 pemirsa.
Apa yang ada di benak kamu pada saat membaca judulnya? pastilah beranggapan ini adalah cuplikan video 'saat ngintipin seorang cewe' dan berkonotasi seks (apakah itu rekaman cewe sedang mandi, buang air, ganti pakaian atau sejenisnya). Salah.
Sebelumnya video ini berjudul "Penyimpangan - Hati2 perempuan bisa diintip kamera tersembunyi" dan saya tujukan untuk para perempuan Indonesia agar berhati-hati apabila menggunakan fasilitas umum. Dengan judul yang 'biasa banget' walaupun berbau informatif, video ini ternyata hanya dilihat oleh belasan pemirsa dalam jangka waktu 2 (dua) bulan - wajar saja. Namun setelah saya ganti judulnya dengan yang lebih menjebak dan berbungkus aroma obyek seksualitas, terbukti video ini bisa dengan mudahnya mengundang pemirsa untuk melihat, menghasilkan komentar-komentar vulgar dibawah video tersebut yang menjadi ajang/ wadah pembisnis esek-esek berpromosi.
Sebenarnya video ini hanyalah alat penelitian saya dalam mempelajari perilaku masyarakat Indonesia dan sekitarnya alias Melayu (khususnya kaum adam), sekaligus mengimplementasikan ilmu publikasi ala jurnalisme-jurnalisme_an masa kini atas obyek yang paling mudah dijual, yaitu Perempuan yang setiap hari bisa kita lihat headlines kacangannya di jejaring sosial FaceBook, Yahoo News Indonesia, mailing list postings, koran-koran konsumen kelas bawah, dsb. Maka dari itu judul video tadi saya ganti dengan judul yang lebih gatel.
Apakah semua potret ini akan terus berlanjut dimasa yang akan datang?
Media, terutama yang berpromosi di iklan jejaring sosial semestinya berlaku sebagai salah satu alat kontrol sosial, apakakah mempunyai rasa tanggung jawab moral atas pemberitaan-pemberitaannya? apakah benar mayoritas laki-laki Indonesia tidak mampu mengontrol pikiran+libido akan kebutuhan seks pribadinya? ataukah salahnya sebagian perempuan karena rela dijadikan obyek seks dan tidak tau bagaimana cara menjaga citra dan harga diri? atau karena sudah terlalu banyak keluarga miskin yang butuh uang untuk makan dan orang tua kaya yang gila harta sehingga merelakan anaknya dijadikan obyek seks demi kehidupan sosialite? ataukah salah orang tua yang terkadang masih menganggap tabu apabila membicarakan subyek ini dengan seorang anak yang sedang akil balik (mungkin juga karena takut salah bicara saat menjelaskannya), atau salah pemerintahkah karena tidak memasukkan kurikulum pelajaran seks di sekolah sejak dini (dianggap tidak penting)? atau mungkin salahnya para penjual DVD porno? atau salahnya para pemuka agama? ataukah masyarakat Indonesia lebih perduli sensasi daripada informasi?..atau kapasitas otak mayarakat Indonesia hanya sanggup menerima hal-hal yang ringan, mudah, murah, bagus, ganteng, semok, lucu dan manis?..
Source: www.youtube.com/ngfekgitar, www.sejarah.kompasiana.com , www.m.rnw.nl, ww.bbc.co.uk/indonesiaSebelumnya video ini berjudul "Penyimpangan - Hati2 perempuan bisa diintip kamera tersembunyi" dan saya tujukan untuk para perempuan Indonesia agar berhati-hati apabila menggunakan fasilitas umum. Dengan judul yang 'biasa banget' walaupun berbau informatif, video ini ternyata hanya dilihat oleh belasan pemirsa dalam jangka waktu 2 (dua) bulan - wajar saja. Namun setelah saya ganti judulnya dengan yang lebih menjebak dan berbungkus aroma obyek seksualitas, terbukti video ini bisa dengan mudahnya mengundang pemirsa untuk melihat, menghasilkan komentar-komentar vulgar dibawah video tersebut yang menjadi ajang/ wadah pembisnis esek-esek berpromosi.
Sebenarnya video ini hanyalah alat penelitian saya dalam mempelajari perilaku masyarakat Indonesia dan sekitarnya alias Melayu (khususnya kaum adam), sekaligus mengimplementasikan ilmu publikasi ala jurnalisme-jurnalisme_an masa kini atas obyek yang paling mudah dijual, yaitu Perempuan yang setiap hari bisa kita lihat headlines kacangannya di jejaring sosial FaceBook, Yahoo News Indonesia, mailing list postings, koran-koran konsumen kelas bawah, dsb. Maka dari itu judul video tadi saya ganti dengan judul yang lebih gatel.
Apakah semua potret ini akan terus berlanjut dimasa yang akan datang?
Media, terutama yang berpromosi di iklan jejaring sosial semestinya berlaku sebagai salah satu alat kontrol sosial, apakakah mempunyai rasa tanggung jawab moral atas pemberitaan-pemberitaannya? apakah benar mayoritas laki-laki Indonesia tidak mampu mengontrol pikiran+libido akan kebutuhan seks pribadinya? ataukah salahnya sebagian perempuan karena rela dijadikan obyek seks dan tidak tau bagaimana cara menjaga citra dan harga diri? atau karena sudah terlalu banyak keluarga miskin yang butuh uang untuk makan dan orang tua kaya yang gila harta sehingga merelakan anaknya dijadikan obyek seks demi kehidupan sosialite? ataukah salah orang tua yang terkadang masih menganggap tabu apabila membicarakan subyek ini dengan seorang anak yang sedang akil balik (mungkin juga karena takut salah bicara saat menjelaskannya), atau salah pemerintahkah karena tidak memasukkan kurikulum pelajaran seks di sekolah sejak dini (dianggap tidak penting)? atau mungkin salahnya para penjual DVD porno? atau salahnya para pemuka agama? ataukah masyarakat Indonesia lebih perduli sensasi daripada informasi?..atau kapasitas otak mayarakat Indonesia hanya sanggup menerima hal-hal yang ringan, mudah, murah, bagus, ganteng, semok, lucu dan manis?..
* * *
Saya jadi teringat saat masih sekolah menengah. Suatu pagi ada teman saya saat masuk kelas lengan bajunya basah, sambil masuk kelas dia bilang "..sialan nih baju gue dikencingin cowok pas di bus tadi", ternyata ada seorang laki-laki yang memanfaatkan moment bis penuh dengan menggesek-gesekan alat kelaminnya ke lengan teman saya sampai laki-laki tersebut mencapai ejakulasi (tempat umum, man). Saat itu kami perempuan-perempuan akil balik sama sekali belum mengerti tentang pelecehan seksual -- seks aja belum tau (siapa yang mau ngejelasin saat itu?). Tragis!.* * *
Di era sekarang ini laki-laki atau anak-anak muda Indonesia begitu memuja Miyabi, pemain film porno asal Jepang; sementara disisi lain, sisi sejarah bangsa Indonesia saat diduduki oleh Jepang, bukan hanya negara kita tercinta saja yang dijajah namun juga jiwa dan raga para perempuan Indonesia turut dirampas kemerdekaannya serta diperlakukan seperti binatang oleh pihak Jepang (menjadi budak seks) selama bertahun-tahun. (*baca: wanita-indonesia-antara-kegelapan-dan-masa-depannya).
Silahkan baca juga:
Lumrahkan Perkosaan Perang di Indonesia?
Jepang Tolak Monumen Korban Perkosaan PD II
Mari buka mata, buka hati, buka pikiran kita dan menjaga diri... Bayangkan apabila perempuan-perempuan korban tersebut salah satunya adalah anggota keluarga kita, masihkah kita tertawa-tawa dan tergiur dengan sensasi seks yang bertaburan disekeliling kita?.
Silahkan baca juga:
Lumrahkan Perkosaan Perang di Indonesia?
Jepang Tolak Monumen Korban Perkosaan PD II
Mari buka mata, buka hati, buka pikiran kita dan menjaga diri... Bayangkan apabila perempuan-perempuan korban tersebut salah satunya adalah anggota keluarga kita, masihkah kita tertawa-tawa dan tergiur dengan sensasi seks yang bertaburan disekeliling kita?.
Perempuan-perempuan korban pelecehan seksual oleh Jepang |
* * *
#Seks #Perempuan #Indonesia #Media #KontrolSosial #Moral #Penyimpangan #HumanRights #KorbanPerkosaan