Thursday, May 26, 2011

♫ Female Disc Jockey aka DJ Perempuan (Bahasa Indonesia)

Minggu lalu ada seorang pelajar yang meminta waktu saya untuk interview mengenai Female DJ (FDJ) sebagai bahan skripsi. Disebut sebagai FDJ sebenarnya agak aneh, karena  seperti 'mengkotakkan' gender ya, toh musik adalah musik, jockey is jockey. Alhamdulillah belum ada deskripsi tentang FDJ di Wikipedia ;). 
Berikut sebagian interview-nya. Bismillah, semoga aja doi bisa cepat lulus & semoga apa yang saya share disini bisa berguna atau paling tidak bisa membuat mereka yang berpikiran miring tentang FDJ jadi agak lebih mengerti tentang dunia 'yg disebut' gemerlap ini, walaupun penjelasan berikut hanya informasi dari satu pihak (yaitu; saya), seorang Part Timer DJ saja.

Kok bisa tertarik menggeluti dunia Disk Jockey?
Jawab: Tepatnya sih tertarik dengan mixer :) dan suka musik pastinya.

Bagaimana proses sehingga mereka bisa menjadi Female Disk Jockey?
Jawab: Karena penasaran sama mixer dengan bermacam ragam channel nya, jadinya yah pengen ngulik aja.

Hal apa yang mendorong memilih pekerjaan sebagai seorang Female Disk Jockey?
Jawab: Kalo saya pribadi ga merasa sedang bekerja saat spinning :). Bener2 enjoy & ga ada beban, keringat dingin/deg2an pun ga ada. Lagipula sampai sekarang saya masih menganggap diri sebagai seorang ‘operator CDJ + Turntables’ (rasanya kok ya belum pantes disebut real DJ).

Ada faktor material yang mendukung atau tidak?
Jawab: Tergantung event-nya ya, kadang ada materi yg dihasilkan (sekali main 45menit s/d 2jam, lebih dari cukup hasilnya), diluar itu lebih banyak lagi yang sifatnya membantu teman :). Apapun hasilnya, syukur Alhamdulillah udah diberi kepercayaan buat ngeramein event mereka.

Profesi Disk Jockey kan masih jarang di geluti wanita bagaimana tanggapan anda?
Jawab: Kondisinya hampir sama dengan mereka yg bekerja di kitchen at restaurant (lebih didominasi oleh laki2). Asik2 aja sih.

Bagaimana tanggapan anda tentang pandangan negatif terhadap perempuan yang menggeluti profesi ini?
Jawab: Dimana-mana seorang perempuan masih dianggap sebagai object. Jadi menurut saya; para DJ perempuan sendirilah yg harus bertanggung jawab untuk menjaga diri masing2 + menjaga nama baik orang2 disekelilingnya (management + keluarga). Kalo ngemixing lagu2 aja ga rapi + attitude ga dijaga (nah itu mungkin yg menciptakan pandangan negatif?) bisa repot jadinya.

Selama perempuan aware dengan ‘etika profesi’ + mawas diri dengan ‘tanggung jawab profesi’, ga akan jadi masalah besar kok. *Kecuali, perempuannya sendiri yg sengaja menjerumuskan diri ATAU udah nakal dari sananya.

Pernah enggak dilecehkan verbal/non verbal (seperti tindakan)? Kelau pernah kenapa tetap bertahan menggeluti profesi ini?
Jawab: Insya Allah ga pernah.

Menurut anda penampilan fisik (cara berpakaian,aksesoris) di panggung merupakan pembentukan karakter diri anda?
Jawab: Selain karakter permainan, sejatinya karakter setiap entertainer terbentuk dengan sendirinya. Tapi banyak juga yang 'sengaja' dibentuk oleh managementnya. Saya pribadi ga berusaha membentuk sesuatu, kalo saatnya tampil...ya harus pake kostum + mainin lagu yang sesuai sama thema acara/venue aja dan harus bikin nyaman bin pede :).

Bagaimana caranya mengelola manner ketika berkomunikasi dengan sesama Disk Jockey atau orang-orang disekeliling sehingga dianggap layak dan positif dalam menggeluti profesi Disk Jockey?
Jawab:
Setiap orang (ga hanya DJ) semestinya punya sopan santun kepada orang2 disekitarnya. Percuma cantik/ganteng/orang kantoran/pejabat/ningrat, tapi (selalu ) lupa bilang “makasih, tolong, permisi, silahkan”. Magic words yang disebutkan tadi udh tergeser dengan kata “donk” (anterin donk, telpon gw donk, dsb).

Manner pun ga cuma bagaimana caranya mengelola komunikasi/bertukar informasi, tapi juga bagaimana kita  berinteraksi lewat bahasa tubuh (tersenyum tulus, badan menghadap + melihat mata orang yg sedang berbicara dengan kita - bukan malah jelalatan/main BB, dll).

Terkadang suka merhatiin status BB, Twit dan status FB para DJ (terutama Female DJ). Lumayan mengecewakan kalo kata2 mereka mulai didominasi oleh “anjing, tai, babi, dkk” maaf kalo mesti ditulis frontal disini tapi itulah kenyataannya (agak membahayakan sih karena seorang DJ sudah dianggap sebagai public figure dan pasti dijadikan panutan oleh penggemarnya). Jadi sepertinya kita harus pintar2 mengelola emosi dulu, baru bisa naik ke tingkat manner+attitude :).....
Demikian petikan interview-nya. 

*Curcol tambahan:
Fyi; dibalik istilah 'gemerlap' FDJ masih ada yang namanya kerja keras (mesti rajin latihan, cari info tentang musik-musik yang lagi hits, update lagu-lagu terbaru, belajar software, belajar bikin lagu, dsb). Belum lagi modal yang dikeluarkan ga kecil (bayar guru buat belajar creative mixing + scratching + dsb, sewa studio latihan, mesti nongkrong di club/bar buat nyimak musik, mesti datang ke rave party buat 'lagi-lagi' belajar, mesti punya headphone yg bagus kualitasnya dan segala atribut DJ yang lainnya). Apalagi buat para DJ perempuan ga lupa mesti bener-bener siap skills dan serius kalo memang ingin 'statusnya' sejajar dengan para DJ pria, plus juga harus bermodal tambahan ; kostum + asesoris + make up + 'perabot lenong' buat penunjang penampilan sekaligus 'memanjakan' mata audience
Diluar semua itu masih ada tanggung jawab lainnya, yaitu menjaga manner/attitude, menjaga emosi kalo digodain orang mabok yang 'gatel', menahan mata yang ngantuk, nemenin tamu yg nawarin minum bareng, pulang malam sendirian, siap  mental kalo (amit2) disuruh turun pas set list-nya ga ok, dst...(tapi untuk urusan nakal & ngobat itu tanggung jawab pribadi masing-masing ya). Nah, apabila semua itu disalah artikan hanya karena 1 atau 2 orang perempuan 'sialan'...betapa piciknya anda.
Salam,
(a/n para DJ Perempuan)
Dj Noni Ginevra/ Rumus 

#DJ #Attitude #Music #PayRespectToWomen