Thursday, May 26, 2011

☞ Apakah Provider-provider Indonesia Harus 'Belajar Dari Shock Therapy' Terlebih Dahulu??

Hari ini, 26 Mei 2011, saya mengalami kendala sinyal (tahun-tahun sebelumnya mengalami berbagai kendala yang 'masih bisa' atau 'harus' dimaklumi) dari salah 1 Provider Indonesia - Indosat Matrix.

Maksud hati pengen matiin HP buat beberapa jam aja hari ini. Begitu dinyalain lagi lha kok 'SIM CARD Rejected'?.. Udah coba restart, ALT LG, benerin settingan ngikutin yg ada di forum2 tentang 'trouble sim card', sampai meng-upgrade, tapi tetep aja ga mengubah status sinyal ; -70 (normalnya 40-80).

Belakangan ini selama beberapa bulan memang telephone jarang banget yg bisa masuk dikarenakan sinyal yg ga beres, selalu ada laporan dari orang/temen2/beberapa instansi, "kok susah sih dihubungi?". Nah, sekarang saatnya saya yang laporan ke Provider Indosat Matrix melalui blog ini.

Bertahun-tahun yg terjadi adalah komplain-komplain dari para Customer Provider-provider 'jatohnya' selalu jadi 'mentah'. Karena apa? ya karena kita para Customers selalu merasa takut & 'menganggap' diri kita ga punya bargain power, salah banget!.  Kenapa takut? wong mereka para pengusaha, apapun bentuk usahanya, kalo ga ada kita-kita ya ga bisa jalan terus. *Contoh kasus Class Action (yang mentah) tahun 2009 :
Sudah saatnya para Provider di Indonesia berintrospeksi, INDOSAT, TELKOMSEL, XL, dsb. Selama ini yang bisa digembar gemborkan adalah iklan-iklan yang 'lebay', promo besar-besaran, branding kesana-sini, berlomba-lomba cari customer baru, bikin paket layanan BB berbagai macam, dsb. Sementara pelayanan pasca promo malah ga diperhatikan. *Contoh kasus Berkali-kali Pulsa Indosat Hilang dan Tidak Ada Follow Up (yang mentah) tahun 2010 : http://suarapembaca.detik.com/read/2010/06/10/162904/1375776/283/berkali-kali-pulsa-indosat-hilang-dan-tidak-ada-follow-up

Mbok ya sekali-sekali kasih reward walaupun sifatnya kecil-kecilan, misalnya; Customers tidak dibebankan biaya untuk penggantian kartu (hilang, rusak, dsb), apa ruginya menggratiskan kartu seharga Rp.10.000,- (toh harga produksi chip dibawah nominal Rp.10.000,-), untuk pengaktifan-nya pun anggap aja 'good will' nya Providers. Berapa banyak sih customers yg ganti kartu perbulan? nilainya pasti ga seberapa dibandingkan produksi iklan, promo, dsb, yang bernilai milyaran rupiah.

Disini saya atas nama Customers semua Providers berusaha mengingatkan, apabila bila memang sedang terjadi trouble (apakah itu karena kesalahan internal atau bukan) alangkah baiknya apabila diinformasikan ke para Customers, kalo ga bisa lewat media silahkan melalui sms (hapus aja sms-sms berita gosip artis terbaru atau berita ga penting yang tiap hari pop up tiba-tiba di layar hape *contoh: prepaid SimpatiTelkomsel)...namun alahkah baiknya apabila para atase pemilik/share holder perusahaan turun & meminta maaf langsung (belajar dari kasus para atase Jepang yang meminta maaf melalui media atas server play station nya yang di hacked) ke masyarakat melalui media2.  Kalo bisa bikin press conference atau gathering peluncuran produk yang melibatkan media, kenapa ga bisa press conference untuk yang lainnya...yang lebih bernilai (demi menjaga hubungan simbiosis mutualisme). Atau kah memang Provider-provider Indonesia harus 'belajar dari shock theraphy' terlebih dahulu??

Salam,
Natalia N. V. G., A.P., A.Md.E., M.F.A
+62 81519002096

#SpeakForBetterIndonesia